Terucapnya akad nikah, secara implisit juga merupakan pelantikan kepada seorang istri untuk jabatan sebagai menteri keuangan keluarga. Dan sebagai menteri keuangan, kemampuan manajemen sangatlah diperlukan. Bagaimana tidak, sebesar apa pun pemasukan, jika tidak diatur dengan baik maka akan kurang. Sebaliknya, sesedikit apa pun pemasukan, jika diatur dengan baik maka akan cukup. Membangun kesepakatan, membuat anggaran, memasang aplikasi pencatat cashflow, mendistribusikan pemasukan untuk pos-pos pengeluaran, dan belajar ilmu finansial lain pun dilakukan oleh seorang istri demi menjaga amanah ini. Memikirkan matang-matang untuk membedakan mana kebutuhan dan mana keinginan demi terwujud skala prioritas yang sesuai. Jangan sampai melupakan manajemen hati, yaitu rasa syukur dan sikap qona'ah.
Saat membangun kesepakatan, kami menginginkan keluarga yang kompak dan sederhana. Kesederhanaan tak dapat diajarkan hanya melalui kata-kata, melainkan dengan sikap dan perbuatan. Oleh karena itu, dalam mengajari kecerdasan finansial pada anak, kami memegang prinsip kesederhanaan. Memilah kebutuhan dan keinginan, membuat skala prioritas, memilih sesuatu sesuai fungsi, berdisiplin mencatat, adalah beberapa ikhtiar kami dalam belajar kecerdasan finansial. Tak lupa, agama Islam nan indah juga menjadi pedoman dalam hal ini. Sebagai keluarga muslim, zakat, infaq, dan shodaqoh adalah hal yang pantang dilupakan. Di sisi lain, riba yang menggiurkan pantang dilakukan. InsyaaAllah, dengan mempraktikkan pada diri sendiri dan suami, anak akan mengikuti. Karena pendidikan terbaik adalah melalui teladan.
Comments
Post a Comment