Berikut review materi kelompok 4 yang dipresentasikan pada hari Senin, 24 September 2018:
Apakah itu “Fitrah Seksualitas”?
Menurut Ust. Harry Santosa, pakar dan praktisi Pendidikan Rumahberbasis Potensi dan Fitrah, Fitrah Seksualitas adalah bagaimana seseorang bersikap, berfikir, bertindak sesuai dengan gendernya.
Fitrah Seksulitas Perempuan adalah bagaimana seorang perempuan itu berpikir, bersikap, bertindak, berpakaian dll sebagai seorang perempuan.
Fitrah Seksualitas Laki-Laki adalah bagaimana seorang perempuan itu berpikir, bersikap, bertindak, berpakaian dll sebagai seorang laki-laki.
Seberapa pentingkah “Fitrah Seksualitas” untuk kita bangkitkan?
Sangat PENTING!
Untuk memastikan anak-anak tumbuh sesuai fitrahnya dan dapat menjalankan “amanat” berupa Misi Penciptaannya sebagai Khalifah lil Ardh.
“Hadapkanlah Wajahmu dengan lurus pada agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”(QS Ar Rum : 30)
Apakah saja “Tantangan” yang dihadapi dalam menumbuhkan fitrah seksualitas ini?
Memasuki era Revolusi Industri 4.0, tantangan zaman yang dihadapi dalam aspek fitrah seksualitas semakin berat, antara lain :
1. Peran orang tua dalam pengasuhan semakin berkurang dan dioutsourcingkan pihak ketiga.
2. Gerakan LGBT yang semakin masif.
3. Kejahatan Seksual.
4. Kemudahan akses dunia digital dengan bahaya pornografi yang mengintai anak-anak.
Untuk menjawab tantangan zaman yang sudah tersebut di atas, solusi yang bisa dilakukan adalah :
1. Menjadi orang tua yang HADIR
2. Pendidikan Seksualitas
Untuk dapat membentuk dan menghadirkan perubahan tingkah laku, sikap dan karakter dalam setiap aspek fitrah seksualitas maka proses pendidikan adalah sebuah keniscayaan. Pendidikan Seksualitas dapat dimulai dari dalam rumah melalui Gerakan Sadar Seksualitas. Sebagaimana yang diamanatkan dalam agama dan UU Kesejahteraan Anak no 4 th 1979, Orang tua adalah pihak utama dalam pemberian pendidikan seksualitas tersebut dengan memperhatikan tahapan usia pendidikan seksualitas pada anak.
MEDIA EDUKASI
Berikut media edukasi yang dibagikan oleh kelompok 4:
▶ Segera pindah
Bagaimanapun, anak-anak membutuhkan lingkungan yang BAIK untuk tumbuh kembangnya
Lalu, bagaimana jika tidak memungkinkan untuk pindah rumah? Atau, ternyata dimanapun lingkungannya tetap saja akan ada perilaku negatif dan positif?
Mbak Ruswita sayang,
Lingkungan heterogen sebenarnya bisa memberikan pembelajaran hidup tersendiri untuk mengenal lingkungan luar
Yang bisa kita lakukan sebagai orang tua adalah menanamkan dan memperkuat values keluarga kita πππ kelak yg akan bs membantu anak menyaring mana yg baik mana yg buruk
Untuk anak usia dini, tuntaskan dulu sosialisasi primernya πππ
2. Tanya:
Sari - Malang
1. Bagaimana cara mengetahui seorang anak sudah menjadi korban kejahatan seksual?
2. Kebetulan review saya hari ini berkaitan dengan acara Bu Elly Risman, beliau menyampaikan 60% orangtua di Indonesia tidak lulus SD. Artinya, hanya ada sebagian kecil orangtua yang bisa mengakses materi ttg pendidikan fitrah seksualitas ini. Apakah ada cara-cara tertentu untuk mengedukasi orangtua yang tidak tamat SD ini?
3. Sejauh apa kita bisa menyampaikan pada anak, apa maksud pelecehan seksual?
Apakah cukup dg mengatakan jika ada yang memegang bagian tubuh yang ditutupi baju, itu sdh termasuk pelecehan seksual ?
Jawab:
▶ Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan :
1⃣ Mengenali tanda-tandanya pada Anak
π’ Kenali apakah ada perubahan perilaku pada anak : lebih tertutup, lebih pendiam, agresif
π’Perhatikan jika terjadi mimpi buruk atau masalah tidur lainnya
π’ Perhatikan reaksi anak terhadap orang-orang atau tempat yg ia kunjungi
π’ Cari tanda tanda fisik yg ada di tubuh anak yang kemungkinan disebabkan oleh akibat kekerasan seksual terutama di sekitar prgan vital
2⃣ Bertanya pada anak
▶ Sesuaikan dengan tahap usia anak, mbak πππ
▶ Berat nih..
Solusi yg bisa saya tawarkan adalah Perlu Adanya Agent of Change dengan dukungan dari komunitas sekitar maupun pemerintah. Partner terbaik anak setelah orang tua adalah Guru... Edukasi diberikan melalui kurikulum terkait pendidikan seksualitas di sekolah.
Untuk usia dini, kita bisa jelaskan yang sederhana dg bahasa yg mudah dimengerti. Contohnya bagian tubuh yg ditutupi baju tidak boleh disentuh orang lain
Seiring bertambahnya usia, kita tingkatkan juga informasi dan pemahaman anak tentang pendidikan seksualitas yg termasuk di dalamnya kejahatan seksual.
3. Tanya:
iiL-Jombang
Di era milenial seperti sekarang, ketika akses internet dan pornografi dengan bebasnya dapat diakses anak-anak. Pun begitu dengan game online yang dengan mudahnya dapat diunduh dan dimainkan oleh mereka. Padahal tak sedikit muatan pornografi secara tak langsung dapat mereka mainkan/ lakukan. Bagaimana langkah orang tua jika mendapati anak yang ternyata telah kecanduan memainkan game online tersebut?
Jawab:
Saya jadi teringat sebuah video berdurasi pendek tentang seorang remaja yang kecanduan ngegame. Ibunya punya ide untuk menghilangkan candunya ini dengan menghadirkan teman baru berupa anjing yang pincang.
Loh? Kok pincang? π
Karna ternyata, remaja ini juga pincang.
Bisa ditebak, bukan? Remaja ini kecanduan karna dia merasa tidak mempunyai teman. Kurang berharga.
Setelah punya anjing tersebut, dia jadi terbuka, meninggalkan game onlinenya.
Jadi, yang bisa saya sarankan, jalin dulu komunikasi dg si remajanya. Gali dulu apa yang membuatnya kecanduan? Apakah karna kesepian? Atau karna kontennya dsb?
Setelah dipahami, cari media lain yang bisa mengalihkannya dari game tersebut.
KESIMPULAN DISKUSI
Melindungi anak dari kejahatan seksual dimulai dari
1. Memberi nama anatomi tubuh yang jelas
2. Menanamkan aurot pada anak dan batasan yang boleh disentuh dan tidak
3. Perbanyak qualified time bersama anak sehingga anak lebih terbuka.
4. Dampingi anak saat nonton bersama
Tanggung jawab utama melindungi anak ada pada orang tuanya. Dan kehadiran ortu wajib sepanjang penumbuhan fitrah sd anak mencapai aqil baligh.
Apakah itu “Fitrah Seksualitas”?
Menurut Ust. Harry Santosa, pakar dan praktisi Pendidikan Rumahberbasis Potensi dan Fitrah, Fitrah Seksualitas adalah bagaimana seseorang bersikap, berfikir, bertindak sesuai dengan gendernya.
Fitrah Seksulitas Perempuan adalah bagaimana seorang perempuan itu berpikir, bersikap, bertindak, berpakaian dll sebagai seorang perempuan.
Fitrah Seksualitas Laki-Laki adalah bagaimana seorang perempuan itu berpikir, bersikap, bertindak, berpakaian dll sebagai seorang laki-laki.
Seberapa pentingkah “Fitrah Seksualitas” untuk kita bangkitkan?
Sangat PENTING!
Untuk memastikan anak-anak tumbuh sesuai fitrahnya dan dapat menjalankan “amanat” berupa Misi Penciptaannya sebagai Khalifah lil Ardh.
“Hadapkanlah Wajahmu dengan lurus pada agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”(QS Ar Rum : 30)
Apakah saja “Tantangan” yang dihadapi dalam menumbuhkan fitrah seksualitas ini?
Memasuki era Revolusi Industri 4.0, tantangan zaman yang dihadapi dalam aspek fitrah seksualitas semakin berat, antara lain :
1. Peran orang tua dalam pengasuhan semakin berkurang dan dioutsourcingkan pihak ketiga.
2. Gerakan LGBT yang semakin masif.
3. Kejahatan Seksual.
4. Kemudahan akses dunia digital dengan bahaya pornografi yang mengintai anak-anak.
Untuk menjawab tantangan zaman yang sudah tersebut di atas, solusi yang bisa dilakukan adalah :
1. Menjadi orang tua yang HADIR
2. Pendidikan Seksualitas
Untuk dapat membentuk dan menghadirkan perubahan tingkah laku, sikap dan karakter dalam setiap aspek fitrah seksualitas maka proses pendidikan adalah sebuah keniscayaan. Pendidikan Seksualitas dapat dimulai dari dalam rumah melalui Gerakan Sadar Seksualitas. Sebagaimana yang diamanatkan dalam agama dan UU Kesejahteraan Anak no 4 th 1979, Orang tua adalah pihak utama dalam pemberian pendidikan seksualitas tersebut dengan memperhatikan tahapan usia pendidikan seksualitas pada anak.
MEDIA EDUKASI
Berikut media edukasi yang dibagikan oleh kelompok 4:
TANYA JAWAB
Berikut pertanyaan yang disampaikan peserta dan dijawab oleh kelompok 4:
1. Tanya:
Ruswita-Tulungagung
Semisal dilingkungan kita banyak LGBT, orang2 yg berpakaian seksi, preman2 terkenal pedofil dll yang bertentangan dengan apa yang kita tanamkan ke anak. Bagaimana caranya agar anak tidak jadi korban/ikut2 mereka? apakah kita harus pindah rumah atau mengunci anak kita dirumah?
Bagaimana bila anak tak sengaja mengakses video porno di yutub? apa yg harus kita lakukan?
Bagaimana mengatasi teman2 anak di SD yg suka buka2 rok?
Jawab:
π’ Pindah rumah memungkinkan?▶ Segera pindah
Bagaimanapun, anak-anak membutuhkan lingkungan yang BAIK untuk tumbuh kembangnya
Lalu, bagaimana jika tidak memungkinkan untuk pindah rumah? Atau, ternyata dimanapun lingkungannya tetap saja akan ada perilaku negatif dan positif?
Mbak Ruswita sayang,
Lingkungan heterogen sebenarnya bisa memberikan pembelajaran hidup tersendiri untuk mengenal lingkungan luar
Yang bisa kita lakukan sebagai orang tua adalah menanamkan dan memperkuat values keluarga kita πππ kelak yg akan bs membantu anak menyaring mana yg baik mana yg buruk
Untuk anak usia dini, tuntaskan dulu sosialisasi primernya πππ
2. Tanya:
Sari - Malang
1. Bagaimana cara mengetahui seorang anak sudah menjadi korban kejahatan seksual?
2. Kebetulan review saya hari ini berkaitan dengan acara Bu Elly Risman, beliau menyampaikan 60% orangtua di Indonesia tidak lulus SD. Artinya, hanya ada sebagian kecil orangtua yang bisa mengakses materi ttg pendidikan fitrah seksualitas ini. Apakah ada cara-cara tertentu untuk mengedukasi orangtua yang tidak tamat SD ini?
3. Sejauh apa kita bisa menyampaikan pada anak, apa maksud pelecehan seksual?
Apakah cukup dg mengatakan jika ada yang memegang bagian tubuh yang ditutupi baju, itu sdh termasuk pelecehan seksual ?
Jawab:
▶ Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan :
1⃣ Mengenali tanda-tandanya pada Anak
π’ Kenali apakah ada perubahan perilaku pada anak : lebih tertutup, lebih pendiam, agresif
π’Perhatikan jika terjadi mimpi buruk atau masalah tidur lainnya
π’ Perhatikan reaksi anak terhadap orang-orang atau tempat yg ia kunjungi
π’ Cari tanda tanda fisik yg ada di tubuh anak yang kemungkinan disebabkan oleh akibat kekerasan seksual terutama di sekitar prgan vital
2⃣ Bertanya pada anak
▶ Berat nih..
Solusi yg bisa saya tawarkan adalah Perlu Adanya Agent of Change dengan dukungan dari komunitas sekitar maupun pemerintah. Partner terbaik anak setelah orang tua adalah Guru... Edukasi diberikan melalui kurikulum terkait pendidikan seksualitas di sekolah.
Untuk usia dini, kita bisa jelaskan yang sederhana dg bahasa yg mudah dimengerti. Contohnya bagian tubuh yg ditutupi baju tidak boleh disentuh orang lain
Seiring bertambahnya usia, kita tingkatkan juga informasi dan pemahaman anak tentang pendidikan seksualitas yg termasuk di dalamnya kejahatan seksual.
3. Tanya:
iiL-Jombang
Di era milenial seperti sekarang, ketika akses internet dan pornografi dengan bebasnya dapat diakses anak-anak. Pun begitu dengan game online yang dengan mudahnya dapat diunduh dan dimainkan oleh mereka. Padahal tak sedikit muatan pornografi secara tak langsung dapat mereka mainkan/ lakukan. Bagaimana langkah orang tua jika mendapati anak yang ternyata telah kecanduan memainkan game online tersebut?
Jawab:
Saya jadi teringat sebuah video berdurasi pendek tentang seorang remaja yang kecanduan ngegame. Ibunya punya ide untuk menghilangkan candunya ini dengan menghadirkan teman baru berupa anjing yang pincang.
Loh? Kok pincang? π
Karna ternyata, remaja ini juga pincang.
Bisa ditebak, bukan? Remaja ini kecanduan karna dia merasa tidak mempunyai teman. Kurang berharga.
Setelah punya anjing tersebut, dia jadi terbuka, meninggalkan game onlinenya.
Jadi, yang bisa saya sarankan, jalin dulu komunikasi dg si remajanya. Gali dulu apa yang membuatnya kecanduan? Apakah karna kesepian? Atau karna kontennya dsb?
Setelah dipahami, cari media lain yang bisa mengalihkannya dari game tersebut.
KESIMPULAN DISKUSI
Melindungi anak dari kejahatan seksual dimulai dari
1. Memberi nama anatomi tubuh yang jelas
2. Menanamkan aurot pada anak dan batasan yang boleh disentuh dan tidak
3. Perbanyak qualified time bersama anak sehingga anak lebih terbuka.
4. Dampingi anak saat nonton bersama
Tanggung jawab utama melindungi anak ada pada orang tuanya. Dan kehadiran ortu wajib sepanjang penumbuhan fitrah sd anak mencapai aqil baligh.
Comments
Post a Comment