Tantangan Menstimulus Matematika Logis pada Anak #7

PERGI KE KEBUN BINATANG SURABAYA

Berawal dari keinginanku mengajak Mak Ning (nenek Kai) untuk naik kereta api, kami pun berpikir akan lebih seru jika mengajak serta semua anggota keluarga ke Kebun Binatang Surabaya. Dari keseluruhan 22 orang anak dan cucu Mak Ning, yang bisa ikut 17 orang sehingga ada 18 orang yang ikut termasuk beliau.

Dimulai dengan memesan tiket kereta api seminggu sebelumnya karena kami pernah mencoba ke stasiun H-3 tiket sudah habis sehingga rencana akhir bulan lalu mundur satu minggu setelahnya. Sebelum mengantri untuk memesan tiket, kami menyiapkan beberapa hal, antara lain:
1. Bagi peserta yang berusia lebih dari atau sama dengan 17 tahun, kami wajib mencatat nomor induk kependudukan yang bisa dilihat di KTP atau KK.
2. Bagi peserta yang berusia kurang dari 17 tahun, kami mencatat nomor induk kependudukan pada KK atau cukup dengan mengetahui tanggal lahirnya.

Saat berada di depan petugas pelayanan pembelian tiket, ternyata pembelian maksimal dalam sekali antrian orang yang sama tidak boleh lebih dari 8 tiket. Dari situ kami harus mengklasifikasikan bagaimana caranya agar anggota keluarga tetap berkumpul dalam tempat duduk yang berdekatan, terutama ibu dengan anaknya. Setelah mengantongi tiket, kami membaginya ke dalam dua kategori ,yaitu tiket pergi dan tiket pulang.

Satu minggu berlalu, kami pun berangkat dengan memilih titik kumpul di stasiun setengah jam sebelum keberangkatan kereta api. Dalam perjalanan anak-anak sangat antusias melihat ke luar jendela.


Turun di stasiun Wonokromo, kami lanjut memesan taksi online. Sesampai di Kebun Binatang Surabaya, kami membeli tiket masuk dan tidak lupa untuk foto keluarga di depan ikon Surabaya yakni patung ikan dan buaya.

Pengunjung kebun binatang yang kukira sudah tidak terlalu populer ini ternyata begitu ramai pada hari Minggu. Kami bersepakat untuk selalu bersama dan bertanggung jawab untuk saling mengawasi anggota keluarga masing-masing. Sesudah dipasangkan gelang tiket oleh petugas, kami disambut dengan denah kebun binatang seluas 15 hektar ini.

"Mau ke arah kanan atau kiri dulu ya? " tanyaku.
"Ke kanan saja dulu, " jawab beberapa anggota keluarga bersamaan.

Kai amat tertarik saat melihat monyet Bavian Mantel. Kami berada di sana cukup lama. Warna pantatnya yang merah mengundang pertanyaan dari Anin, sepupu Kai.
"Tante, kenapa pantat monyetnya kok merah? Berdarah ta? "
"Pantat monyet ini berwarna merah karena di balik kulitnya ada banyak tempat darahnya mengalir Nin. Jadi itu darahnya di dalam, tapi ndak berdarah karena luka. "
"Oh, berarti nggak sakit ya Te?"
Di sisi lain, ketika membahas dengan Karin dan Firly yang sudah SMA, dalam pelajaran Biologi mereka akan menemukan bahwa warna merah tersebut berhubungan dengan pembuluh darah halus yang terdapat di sekitar pantat monyet.

Selanjutnya kami berkeliling mulai dari memberi makan jerapah, melihat pertunjukan gajah, hingga menunggu kuda nil yang tak jua keluar dari tempat berendamnya .

Setiap kali mengunjungi rumah binatang, kami mengajak Kai mengetahui jumlah binatang yang nampak.
"Kai, hewan ini namanya apa?"
"Unta!" jawabnya.
"Yuk, kita hitung untanya ada berapa. Satu.. "
"Huwa.." ia melanjutkan.
"Terus? "
"Igaa.. "
"Nah, itu yang di sana. Em..?"
"Paat.. "
"Jadi untanya ada empat ya, Nak. "
"Empaaat," ia menirukan.

Kebun Binatang Surabaya ini merupakan salah satu kebun binatang tertua di Asia, dibuka untuk umum sejak April 1918. Jika dulu sempat mendengar ada binatang yang mati karena tidak terawat dengan baik, kini hal itu sudah berubah. Binatang-binatang terawat dengan baik dan dijaga kebersihannya.

Kami berjalan-jalan sampai Dhuhur tiba dan menuju masjid. Saat ada yang sholat, kami bergantian menjaga si kecil sambil menggelar tikar di dekat masjid. Kebetulan masjid bersebelahan dengan kantin, sehingga kami lanjut makan siang dengan konsep piknik di bawah rindangnya pohon.

Setelah semua anggota keluarga melaksanakan ishoma, kami melanjutkan perjalanan menuju sarang Aves yang dihuni beraneka jenis burung dan unggas lainnya.

Beruang yang asyik menangkap ikan tak luput dari perhatian kami. Begitu pula dengan harimau yang duduk dengan anggunnya menjadi latar belakang foto keluarga kami.

Berikutnya kami menuju tempat komodo tak lama setelah reptil raksasa tersebut menyantap daging kambing. Kami dengan serius mewanti-wanti agar anak-anak tidak menaiki pagar pembatas maupun terlalu dekat dengan tembok pembatas binatang ini karena memang sangat berbahaya.

Jam setengah lima kami keluar dari kebun binatang menuju stasiun. Kereta api kami berangkat jam 17.50 menuju Singosari. Di dalam kereta api aku bertanya pada Mak Ning, ibuku.
"Gimana, seneng nggak hari ini? "
"Seneng ..hehehe.. " jawabnya terkekeh.
Alhamdulillah.. Akhirnya misi menyenangkan Ibu tercapai dengan bonus menyenangkan anggota keluarga yang lain.



Comments