Melatih Kecerdasan Hari Ke-5

Lima hari sudah aku melompati jadwal menulis tantangan 10 hari. Saat di kantor, meskipun berjam-jam berada di depan monitor, feeling guilty ketika membuka blog saat banyak pekerjaan lain yang harus diprioritaskan membuatku menundanya. Saat di rumah dan Kai sedang terjaga, kusembunyikan ponsel ini dari pandangannya, begitupun dari pandanganku. Pertama, Kai mulai mengerti beberapa video di YouTube dan minta melihatnya ketika melihat ponselku, namun marah tak beralasan beberapa saat setelah diputarkan videonya sehingga kuputuskan untuk menghindarkannya dari ponsel yang memang belum saatnya. Kedua, aku merasa sungguh merugi ketika momen kebersamaan kami yang hanya setengah hari terganggu oleh notifikasi dari ponselku. Saat Kai tidur, aku seringkali ikut tertidur bersama rasa rileks yang menyertai hormon oksitosin setelah meng-ASI-hi. Paginya aku terbangun disambut dengan kata-kata, "Yah, kelewat lagi."Well, itu adalah alibi dari ketidakberhasilanku menerapkan gadget management yang baik. 😅

Hari Senin hingga Jum'at ini kami tetap melaksanakan tantangan untuk sholat fardhu pada awal waktu. Ketika terlambat, aku mencatat sebab keterlambatannya dengan tujuan dapat dicari solusi agar tidak terulang kembali. Saat di kantor kami hampir tidak menemukan kesulitan. Tantangan itu justru terjadi di rumah, seperti Kai yang tiba-tiba poop atau minta ASI saat aku baru saja berwudhu.

Tantangan berikutnya yang hadir yaitu ketika dua orang dari timku di kantor yang terdiri atas empat orang harus berangkat ke Batu minggu depan dan menginap selama 3 hari. Pilihan yang sulit terjadi ketika kami masing-masing harus bersikap profesional sebagai pekerja sekaligus bersikap profesional sebagai istri / suami dan ibu / ayah. Rasa kecewa sempat muncul padaku ketika aku yang harus dipilih untuk berangkat. Kekhawatiran tentang bagaimana jika Kai ditinggal menginap sementara stok ASIPku menipis. Sungguh, dilema ibu bekerja kurasakan teramat menguras emosiku saat itu. Sempat tercetus ide bagaimana kalau Kai diajak beserta Ibu. Tapi itu tidak memungkinkan karena Ibu tidak bisa meninggalkan rumah karena harus merawat Bapak.

Tetapi kemudian kekecewaan dan kekhawatiran itu hilang setelah aku mendiskusikannya dengan suami. Ia selalu menyemangatiku dan membuatku melatih kecerdasan emosional, dalam hal ini kesabaran. Ia meyakinkanku bahwa dengan perencanaan dan manajemen yang baik, insyaallah kami bisa menjalani 3 hari itu dengan baik dan seimbang.

#tantangan_hari_kelima
#kelasbunsayiip3
#game_level_3
#kami_bisa

Comments