Diawali dengan perasaan khas hari libur, Sabtu ini kami isi dengan pagi yang tak terburu-buru. Jam 7 pagi ayah Kai bersama temannya pergi ke salah satu tukang pijat urat, ingin mencoba katanya. Aku memandikan Kai kemudian menyuapinya. Tak lupa basmalah dan Allahumma bariklana sebagai do'a mohon keberkahan kuajarkan padanya. Tak ingin disuapi, Kai ternyata ingin makan sendiri dengan ikut memegang sendok yang ada pada tanganku. Ia menyendokkan nasi dan kuah soto dengan agak canggung. Kubantu ia mengarahkan suapan tanpa memaksakan. Suapan demi suapan masuk ke mulut mungilnya hingga tinggal sedikit. Butiran nasi berceceran tak mengapa demi mengikuti fitrah kemandiriannya.
Kegiatan selanjutnya, Kai kubacakan buku. Tak berbeda dengan kegiatan makan tadi, ia ingin memegang sendiri bukunya. Ia membolak-balik board book tersebut seraya mengamati gambar yang ada di dalamnya. Melatih kecerdasan tentu berkaitan erat dengan kegiatan literasi, sehingga ibu perlu mengenalkan anak pada buku sedari dini.
Setengah jam berlalu, Kai mulai mengantuk. Ia kemudian tertidur setelah menyusu. Kuamati lamat-lamat wajah teduhnya. Matanya yang tak terpejam sepenuhnya ketika tertidur membuatku gemas ingin memotretnya dengan kamera ponselku. Kini saatnya aku mengerjakan tugas domestik.
Ayah Kai pulang dan mengaku bahwa ia membatalkan puasa Daudnya karena tadi harus minum obat. Aku pun menyiapkan makan untuknya dan bersiap untuk kegiatan di luar rumah hari ini.
Jam 11 siang kami melangkahkan kaki ke luar rumah. Tujuan pertama mengembalikan stroller yang disewa 2 bulan yang lalu. Sepulang dari rumah teman yang menyewakan perlengkapan bayi, adzan Dhuhur terdengar. Kami memutuskan mampir ke rumah teman SMP yang dekat dari situ. Sekali mendayung, dua pulau terlampaui. Kami bisa bersilaturrahim sekaligus sholat pada awal waktu di mushola dekat rumahnya.
Langit tertutup awan mendung gelap. Kami segera berpamitan dan melajukan motor kami agar saat hujan turun kami sudah sampai di rumah. Qodarullah di tengah perjalanan hujan mengguyur. Kami berteduh di salah satu warung bakso. Aku teringat pada cerita salah satu istri dari teman sejawat suami bahwa pedagang bakso ini menggiling sendiri dagingnya sehingga terjamin kebersihannya. Penasaran bagaimana rasanya, kami pun mampir. Selain menyediakan bakso, tempat ini juga menjual rawon dan penyet empal. Kami memesan dua porsi bakso dan sepiring nasi. Seperti tadi pagi, Kai belajar menyendok nasi dengan bantuanku dan makan cukup banyak. Di sana kami bertemu dengan kakak tingkat suami saat kuliah S1.
Saat hujan mulai reda kami pun pulang dan disambut dengan adzan Ashar. Kami lekas bersiap-siap sholat berjama'ah. Selepas maghrib aku mengajar Matematika anak tetangga. Sudah beberapa bulan ini aku membuka rumah lebar-lebar bagi tetangga yang merasa kesulitan belajar Matematika. Semoga kuliah Matematikaku selama empat tahun bisa bermanfaat dengan ini.
#tantangan_hari_kedua
#kelasbunsayiip3
#game_level_3
#kami_bisa
Comments
Post a Comment