Aliran Rasa Komunikasi Produktif

Setelah mendapat materi komunikasi produktif, berikut beberapa hal yang saya dapatkan:

1. Komunikasi dengan diri sendiri
Berkaitan dengan diri sendiri, jika sebelumnya saya hanya memikirkan tentang bagaimana memilih diksi dalam bahasa tulisan, kini saya mulai mencoba mengganti kata-kata negatif dengan yang positif mulai dari pikiran hingga apa yang saya ucapkan. Saya yang kaku dalam berbicara ini jadi merasa punya PR agar dapat berkomunikasi dengan lebih luwes.

2. Komunikasi dengan suami
Suami saya lahir di kota Lumajang dan tumbuh di lingkungan yang memakai bahasa Madura sebagai bahasa keseharian, tetapi bisa berbahasa Jawa "kasar". Sedangkan saya lahir di kota Malang dan sama sekali tidak mengerti bahasa Madura. Hal itu merupakan salah satu contoh perbedaan Frame of Reference (FoR) dan Frame of Experience (FoE) kami. Oh ya, apa itu Frame of Reference (FoR) dan Frame of Experience (FoE)? FoR adalah cara pandang, keyakinan, konsep dan tata nilai yang dianut seseorang. Bisa berasal dari pendidikan orang tua, buku bacaan, pergaulan, indoktrinasi, dan lain-lain. FoE adalah serangkaian kejadian yang dialami seseorang, yang dapat membangun emosi dan sikap mental seseorang. Dengan perbedaan FoR dan FoE tersebut, terkadang saya yang "baper"an ini jadi ngambek saat suami berbicara dengan nada tinggi, padahal pesan yang ingin disampaikan biasa saja. Setelah mengetahui kaidah-kaidah komunikasi produktif, saya mulai menerima bahwa nada bicara tersebut sudah menjadi ciri khas suami saya. Di sisi lain, saya menjelaskan pula padanya tentang kaidah 7-38-55, bahwa pada komunikasi yang terkait dengan perasaan dan sikap (feeling and attitude) aspek verbal (kata-kata) hanya 7% memberikan dampak pada hasil komunikasi. Nah, komponen yang lebih besar mempengaruhi hasil komunikasi adalah intonasi suara sebesar 38% dan bahasa tubuh yaitu 55%.
Laki-laki diciptakan oleh Allah dengan memiliki otak tengah yang tipis dan otak kiri dengan kanan yang bekerja sendiri-sendiri. Hal ini menyebabkan laki-laki cepat fokus. Pada saat fokus itulah pendengaran laki-laki menjadi menurun. Misalnya ketika suami sedang mengerjakan tugas di depan laptop atau sedang bermain game dan saya memanggilnya, tidak jarang dia akan menjawab "Iya", tetapi pesan yang saya ucapkan setelahnya terdengar sebagai dengungan tidak jelas. Bisa dibayangkan apa yang terjadi kemudian jika komponen emosi yang lebih tinggi dibandingkan dengan nalar. Setelah saya membagikan materi tentang kaidah komunikasi produktif, kami mulai dengan menyepakati waktu yang tepat dan nyaman untuk kami berkomunikasi dengan kontak mata yang intens. Dengan mematuhi kesepakatan waktu tersebut saya bisa berkomunikasi dengan lebih jelas sehingga bisa bertanggung jawab terhadap hasil komunikasi yang saya sampaikan.

3. Komunikasi dengan anak
Pernahkah Bunda mendengar bahwa ibu adalah orang yang paling mengerti diri kita? Sebelumnya saya berpikir bahwa hal itu sudah alamiah dan terjadi begitu saja. Setelah mempunyai anak, saya mulai menyadari bahwa hal yang mempengaruhi adalah kedekatan. Bagaimana tidak, ibu adalah orang yang kita ajak berkomunikasi sejak kita berada dalam rahimnya. Ibu adalah orang yang kita ajak berkomunikasi saat kita belum bisa berbicara. Pantas saja, sampai dewasa pun, tak jarang ibu mengerti perasaan kita tanpa kita harus berbicara. Ibu saya adalah full time mother dengan 6 orang anak dan beliau begitu dekat dengan keenamnya. Saat ini yang menjadi PR saya adalah, mampukah saya meneladaninya dengan status saya sebagai working mom yang sejak jam 7 berpisah dan kembali bertemu lagi saat jam 5? Kenapa tidak?
Jam 5 sore hingga jam 7 pagi adalah waktu yang sangat berharga bagi kami. Di usia yang pertama ini Kai mulai belajar berbicara. Berikut hal-hal yang saya lakukan untuk mengembangkan komunikasi kami:
  • Sering berbicara dengannya, misalkan saat dalam perjalanan dari rumah ke rumah ibu pada pagi hari dan dari rumah ibu ke rumah pada sore hari serta sepanjang waktu sata saya di rumah.
  • Menanggapi setiap kali dia merengek atau menangis, membuatnya merasa diperhatikan dan membantu saya memahami maksudnya.
  • Ketika melakukan sesuatu bersama, saya lakukan sambil berbicara tentang apa yang kami lakukan. Misalnya ketika mengganti popok, memandikan, menyuapi, dan sebagainya.
  • Sering mengajaknya bernyanyi, lagu favoritnya saat ini adalah Baby Shark dan Cicak-Cicak di Dinding.
  • Membelikannya buku dan membacakan buku untuknya.

Referensi:
  1. Materi Kelas Bunda Sayang Sesi #1 Institut Ibu Profesional (Komunikasi Produktif)
  2. https://keluarga.com/1708/5-cara-mengembangkan-komunikasi-antara-ibu-dan-bayi

Comments